Ada 3 macam cloud computing , yaitu :
1. Grid Computing (Dunia Akademis)
2. Cloud Computing (Dunia Bisnis)
3. People Computing (Dunia Sosial/Ubiquitous Computing/Pervasive Computing)
Grid Computing
Seperti Decision Support System yang berubah jargon menjadi Bussiness Intelegence, cloud computing terkenal di dunia akademik dengan nama grid computing. Fitur dari grid computing ini adalah mengumpulkan kluster-kluster yang ada menjadi sebuah komputasi besar. Definisi dari sebuah kluster adalah sekumpulan komputer yang biasanya identik dalam sebuah situs/ruang server. Contohnya, Universitas Indonesia memiliki kluster Hastinapura yang (tadinya) tergabung dengan kluster di UGM membentuk sebuah grid yang dinamakan InGRID. InGRID adalah sebuah usaha untuk membuat sistem Grid dengan menggunakan jaringan antar universitas (INHERENT).
Dari contoh penggunaan Grid, berbeda dengan dunia bisnis, dunia akademik memerlukan sebuah komputasi besar yang terjangkau untuk melakukan perhitungan kompleks. Biasanya, sistem Grid menggunakan seluruh sumber daya untuk menghitung dan tidak memiliki integrasi yang menyeluruh. Karena sistem Grid dikembangkan oleh lingkungan yang terbiasa dengan oprek-mengoprek (alias akademik), antarmuka yang disediakan tidak begitu baik dibandingkan versi komersil seperti Amazon EC. Aplikasi-aplikasi yang sudah jadi pun tidak banyak. Kebanyakan harus memrogram ulang dengan MPI. Bahasa utama dalam pemrograman biasanya Fortran dan C/C++.
Cloud Computing
Inilah terminologi yang sedang berkembang saat ini. Berbeda dengan di dunia akademik, Cloud Computing bagaikan sebuah komputer maya raksasa yang digunakan oleh banyak orang/organisasi/entitas. Contoh penyedia komputasi ini adalah Amazon EC dan Microsoft Windows Azure. Untuk memudahkan orang dan pemasaran, komputasi ini menurut evolusinya terbagi atas berikut:
1. Software As A Service (SaaS)
2. Infrastructure As A Service (IaaS). Kata lainnya adalah virtualisasi.
SaaS adalah konsep yang paling awal dari cloud computing. Contoh sederhana dari SaaS adalah Google Apps (merupakan aplikasi dalam jaringan (online) yang memungkinkan aplikasi-aplikasi Google) seperti Google Docs, Gmail dan aplikasi Google lainnya. Berbeda dengan perangkat lunak tradisional yang disediakan di komputer masing-masing, perangkat lunak SaaS terdapat di dalam jaringan dan hanya dipasang ketika digunakan (baca:diakses). Ada banyak cara mengimplementasikan SaaS. Menurut saya, ada dua jenis yang penting:
1. Dumb/Thin Client. Dalam konsep ini, semua bagian aplikasi dan perhitungannya berada di awan. Klien hanya mengaksesnya. Konsep yang mirip dengan ini contohnya LTSP. Contoh teknologi ini adalah Java Web Start.
2. Rich Internet Application (RIA).
Kedua terminologi di atas pun sudah mulai mengabur saat ini. Hal yang perlu diingat adalah perangkat lunak yang berkembang di pasaran saat ini sudah mulai mengimplementasikan konsep dari RIA. Konsep RIA yang berkembang adalah Service Oriented Architechture (SOA). Komunikasi antara klien dan server dalam SOA menggunakan web service. Ada banyak teknologi web service, contohnya XML-RPC, WS-Profile, AJAX, dan RESTful. Satu hal yang mereka setujui adalah penggunaan tumpukan (stack) yang lazim digunakan dalam teknologi Web (TCP, IP, HTTP).
Bagaimana dengan IaaS?
Telah lama VMWare menjadi pemimpin pasar dalam dunia virtualisasi. Namun, baru pada saat XEN memasuki pasar, dunia membuat banyak inovasi virtualisasi. XEN adalah sebuah teknologi virtualisasi yang dibuka bebas (open sourced). Salah satu inovasi virtualisasi adalah pembuatan antar muka untuk mengatur sumber daya instan (instance) yang berjalan. Istilah instan merujuk kepada sebuah sistem operasi virtual yang berjalan di atas sistem operasi utama. Salah satu yang telah melihat peluang bisnis ini adalah Amazon. Perusahaan ini memanfaatkan Xen pada arsitektur Amazon Elastic Compute Cloud-nya (Amazon EC2).
Virtualisasi yang disediakan oleh perusahaan penyedia IaaS ini telah dilengkapi oleh antar muka yang intuitif dan web service untuk mengakses secara langsung. Sehingga, tidak diperlukan pengetahuan tentang Xen atau pun infrastruktur yang ada di belakangnya. Kemudahan ini yang menjadi daya tarik bagi klien untuk menggunakan fasilitas cloud computing.
People Computing/People Science
Mayoritas komputasi di dunia ini tidak lagi terletak pada pusat-pusat super komputer dan ruang-ruang mesin sebuah institusi. Namun, komputasi itu kini terdistribusi di ratusan juta komputer pribadi di seluruh dunia.
Ada begitu banyak komputer yang terjual di muka bumi ini. Sebagian dari mereka terhubung dengan Internet. Sebagian besar dari mereka tidak digunakan secara maksimal (under-utilized). Mengapa tidak menggunakan sumber daya ini untuk keperluan riset? Inilah sebuah pemikiran yang dilakukan ketika proyek SETI@home dan Folding@home ketika diluncurkan. Dengan menggunakan BOINC sebagai bingkai kerja masing-masing, keduanya berusaha menggunakan komputasi yang tersebar dalam Internet untuk keperluan perhitungan.
Dunia berkembang lebih dari itu. Dengan munculnya telepon pintar (smartphone) yang dilengkapi dengan pelbagai sensor, people computing berkembang bukan hanya menggunakan media komputer. Beberapa proyek berusaha melibatkan individu-individu untuk melaporkan data melalui perangkat bergeraknya. Seseorang berfungsi sebagai sensor. Ada dua jenis sensor yang ditawarkan berdasarkan waktu penyediaan data:
1. Sensor diskrit (discrete sensor).
2. Sensor berkelanjutan.
Sumber:
http://staff.blog.ui.ac.id/jp/2011/01/12/berkenalan-dengan-cloud-computing/
http://puji-l--fst09.web.unair.ac.id/artikel_detail-38224-Umum-Cloud%20Computing.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar